‘Hormatilah orang yang sedang berpuasa’.
Kalimat klasik itu sudah terlihat dimana-mana sejak
hari pertama bulan puasa tahun ini. Tidak ada yang istimewa dengan kalimat itu
beserta perdebatannya yang, layaknya sinetron Para Pencari Tuhan, selalu ada di
bulan Ramadhan. Adu argumen tentang pro dan kontra terjadi setiap hari di lini
masa berbagai sosial media, sama saja seperti tahun-tahun yang lalu. Saya
pernah menulis tetang hal yang sama pada tahun 2013 silam, namun berbeda dengan
waktu itu kini saya telah berpindah kubu dari pihak yang kontra ke barisan yang
mendukung kalimat tersebut. Sebut saya sebagai Judas sebagaimana pendukung
Arsenal melabeli Robin Van Persie yang menyeberang ke Old Trafford, tapi inilah
saya hari ini. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri saya pada bulan puasa
tahun ini, terutama di sektor asmara pola pikir.
Dua tahun lalu saya dengan lantang menentang mereka
yang meminta semua orang mengormati orang-orang yang sedang berpuasa dengan
tidak makan dan minum di tempat umum, melarang atau bila perlu mengancam
meminta dengan santun dan penuh toleransi para penjual makanan untuk tidak
beroperasi di siang hari dan lain-lain. Tapi sekarang saya berada di kubu yang
sama dengan mereka. Sikap saya ini bukan tanpa alasan, justru sebaliknya.
Alasannya sederhana: karena tidak semua orang punya iman yang kuat.
Puasa
bagi sebagian orang adalah ibadah yang sangat nikmat, sebuah momentum sakral
yang sangat diidamkan. Tapi bagi sebagian yang lain puasa adalah neraka mini di
dunia karena mengharuskan menahan semua hawa nafsu selama lebih dari dua belas
jam.
Untuk kalian yang imannya lebih teguh dari Mario
mungkin tidak masalah melihat orang lain yang kebetulan tidak berpuasa makan
dan minum di depan kalian atau menyaksikan deretan lauk yang terpampang rapi di
etalase rumah makan padang di siang hari, tapi coba pikirkan saudara-saudara
kita yang imannya tidak sekuat kalian, mereka yang tidak kuat godaan, mereka
yang bisa tanpa ragu membatalkan puasa hanya karena melihat iklan Indomie di
televisi. Coba renungkan! Posisikan diri kalian di posisi mereka. Padahal
mereka ini kan juga ingin merasakan kemenangan dengan puasa sebulan penuh. Kalian
sih enak imannya kuat, tapi bagaimana dengan mereka?
(Arthur Garincha)
Lucu nehh, 'tapi coba pikirkan saudara-saudara kita yang imannya tidak sekuat kalian, mereka yang tidak kuat godaan, mereka yang bisa tanpa ragu membatalkan puasa hanya karena melihat iklan Indomie di televisi'
ReplyDeleteIman mah emg naik turun, tapi iman juga kudu dilatih.
Dan karena Tuhan tak mungkin mengagendakan manusianya berpuasa, karna syudaaah tahu manusianya bisa dari 'sononya'
Menghormati manusia yang sedang tak mampu berpuasa itu wajib ain hukumnnya.
Menahan goda adalah maincore dari berpuasa itu sendiri (apalagigodaann mie),
Pun, tak berpuasa saat tak ada halangan, adalah dosa. Hahaha *opini :D
*revisi Dan karena Tuhan mengagendakan manusianya berpuasa, karna syudaaah tahu manusianya bisa dari 'sononya'
ReplyDelete