Friday, April 8, 2016

Breakology; Persembahan Kecil Dari Carbon Crew

Each one teach one, each one reach one.

Begitu bunyi peribahasa Afrika yang terkenal itu. Proverb yang dijadikan slogan oleh kolektif teragung di skena hip hop dunia; Universal Zulu Nation. Kalimat yang sama yang menginspirasi saya beserta segenap kolega di Carbon Crew untuk membuat workshop gratis tentang breakin. Ya, saya ulangi: workshop gratis. Idenya adalah untuk giving back to community. Sebagian dari kami telah menghabiskan setengah dari umur kami di Carbon Crew dan breakin. Breakin telah memberi kami banyak hal menyenangkan: teman, saudara, pengalaman, pundi rupiah dan identitas yang kami bawa kemanapun dengan bangga sejak sebelas tahun lalu. Kini saatnya kami untuk balik memberi.

Gimana kalo kita bikin workshop gratis aja?”, ceplos saya di tengah pembahasan soal apa yang akan kita buat untuk movement kali ini. Sedikit asal bacot saja sebetulnya. Tapi ternyata disetujui penuh. Kami sudah terlalu jengah melihat acara dance battle di mall sedangkan waktu kami belum cukup longgar untuk membuat sebuah pesta seperti yang kami lakukan ketika merayakan ulang tahun crew yang ke-7 dan ke-9 beberapa tahun silam. Saat ini kami masih terlalu sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dan berkejaran dengan tagihan-tagihan keparat yang setia menghampiri setiap bulan. Palu pun diketuk. Kami akan bikin workshop gratis yang kami beri nama Breakology. Ilmu tentang breakin.

Fase persiapan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, semua beres dikerjakan hanya dalam waktu seminggu dimana proses diskusi kami lebih banyak dilakukan di grup WhatsApp, yang biasanya kami gunakan untuk ghibah. Tidak terlalu mengejutkan mengingat persiapan yang diperlukan tidak terlalu banyak dan sudah biasa kami kerjakan. Yang mengagetkan justru yang terjadi setelahnya. Tanggal 30 Maret flyer event yang saya buat dengan skill desain semenjana kami unggah ke dunia maya melalui akun media sosial kami masing-masing, tak disangka dalam kurun waktu kurang dari 24 jam kuota 20 orang yang kami tetapkan (karena kapasitas maksimal studio yang akan kami gunakan adalah 20 orang) telah penuh. Yang lebih membuat kami kaget adalah dari 20 nama yang ada dalam daftar tak ada satu pun nama bboy atau bgirl. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang sama sekali awam dan ingin belajar breakin.

Kamis, 7 April 2016
Sekitar pukul 18.00 saya bersama Daniel, adik kandung saya yang juga personil Carbon, tiba di Urban Step Dance Studio (USDS) yang menjadi tempat pelaksanaan Breakology. Kredit tersendiri harus saya haturkan pada Dwipo, kawan saya pemilik USDS, yang sudah merelakan studionya diacak acak oleh bboy crew nir prestasi pun reputasi untuk workshop secara gratis. Setelahnya peserta mulai tampak berdatangan. Yang datang paling awal adalah kawan saya Fajar sang #BapakSkena yang bahkan sudah tiba sebelum saya datang. Kimbo Slice Tegal ini memang selalu yang paling on time.

Workshop baru dimulai pukul 19.20, molor sekitar 20 menit dari jadwal yang seharusnya. Komposisi peserta yang hadir cukup unik, sebagian adalah orang-orang yang lebih dikenal di kancah musik kota Solo; anggota band, manajer band hingga penggiat skena, ada juga beberapa orang dari kolektif seni grafis yang lebih akrab dengan Photoshop atau tinta sablon ketimbang lantai dansa, sisanya adalah wajah-wajah cantik hip hop dancer dan beberapa penari tradisional. Total 21 atau 22 orang yang hadir, jika saya tak luput menghitungnya, sedikit melampaui kuota. Tapi masa bodoh dengan kuota, selama ruangannya masih muat jejalkan saja. Entah apa yang ada di kepala mereka ketika mendaftar untuk mengikuti workshop ini, yang jelas antusiasme mereka menjadi energi tersendiri yang memenuhi ruangan bertembok biru itu.

Selama kurang lebih 2 jam para peserta menerima materi yang kami berikan, yang berupa gerakan-gerakan dasar dalam breakin: toprock dan footwork. Ini seperti dribble dan pass dalam basket. Beberapa peserta menyerah di tengah jalan karena tak kuat. Mereka lebih memilih stop ketimbang harus berurusan dengan Counterpain untuk beberapa hari ke depan. Keluhan tentang kram, nyeri otot dan keselo pun mulai terdengar di sepertiga akhir workshop. Pun demikian semua tetap bergembira. Kami tidak akan membiarkan hal remeh temeh macam itu menodai keriaan malam itu.

Bersenang-senang adalah esensi utamanya.

Unsur dari filosofi Peace, Unity, Love and Having Fun yang justru kerap terlupakan.

Dan yang saya tahu malam itu kami semua bersenang-senang di Breakology.

(Arthur Garincha)

No comments:

Post a Comment