Each one teach one, each one
reach one.
Begitu bunyi peribahasa
Afrika yang terkenal itu. Proverb yang dijadikan slogan oleh kolektif teragung
di skena hip hop dunia; Universal Zulu Nation. Kalimat yang sama yang
menginspirasi saya beserta segenap kolega di Carbon Crew untuk membuat workshop
gratis tentang breakin. Ya, saya ulangi: workshop gratis. Idenya adalah untuk
giving back to community. Sebagian dari kami telah menghabiskan setengah dari
umur kami di Carbon Crew dan breakin. Breakin telah memberi kami banyak hal
menyenangkan: teman, saudara, pengalaman, pundi rupiah dan identitas yang kami
bawa kemanapun dengan bangga sejak sebelas tahun lalu. Kini saatnya kami untuk
balik memberi.
“Gimana kalo kita bikin workshop gratis aja?”, ceplos saya di tengah
pembahasan soal apa yang akan kita buat untuk movement kali ini. Sedikit asal
bacot saja sebetulnya. Tapi ternyata disetujui penuh. Kami sudah terlalu jengah
melihat acara dance battle di mall sedangkan waktu kami belum cukup longgar
untuk membuat sebuah pesta seperti yang kami lakukan ketika merayakan ulang
tahun crew yang ke-7 dan ke-9 beberapa tahun silam. Saat ini kami masih terlalu
sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dan berkejaran dengan tagihan-tagihan
keparat yang setia menghampiri setiap bulan. Palu pun diketuk. Kami akan bikin
workshop gratis yang kami beri nama Breakology.
Ilmu tentang breakin.
Fase persiapan tidak
membutuhkan terlalu banyak waktu, semua beres dikerjakan hanya dalam waktu
seminggu dimana proses diskusi kami lebih banyak dilakukan di grup WhatsApp,
yang biasanya kami gunakan untuk ghibah. Tidak terlalu mengejutkan mengingat
persiapan yang diperlukan tidak terlalu banyak dan sudah biasa kami kerjakan.
Yang mengagetkan justru yang terjadi setelahnya. Tanggal 30 Maret flyer event
yang saya buat dengan skill desain semenjana kami unggah ke dunia maya
melalui akun media sosial kami masing-masing, tak disangka dalam kurun waktu
kurang dari 24 jam kuota 20 orang yang kami tetapkan (karena kapasitas maksimal
studio yang akan kami gunakan adalah 20 orang) telah penuh. Yang lebih membuat
kami kaget adalah dari 20 nama yang ada dalam daftar tak ada satu pun nama bboy
atau bgirl. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang sama sekali awam dan
ingin belajar breakin.
Kamis, 7 April 2016
Sekitar pukul 18.00 saya
bersama Daniel, adik kandung saya yang juga personil Carbon, tiba di Urban Step
Dance Studio (USDS) yang menjadi tempat pelaksanaan Breakology. Kredit
tersendiri harus saya haturkan pada Dwipo, kawan saya pemilik USDS, yang sudah
merelakan studionya diacak acak oleh bboy crew nir prestasi pun reputasi untuk workshop
secara gratis. Setelahnya peserta mulai tampak berdatangan. Yang datang paling
awal adalah kawan saya Fajar sang #BapakSkena yang bahkan sudah tiba sebelum
saya datang. Kimbo Slice Tegal ini memang selalu yang paling on time.
Workshop baru dimulai pukul
19.20, molor sekitar 20 menit dari jadwal yang seharusnya. Komposisi peserta
yang hadir cukup unik, sebagian adalah orang-orang yang lebih dikenal di kancah
musik kota Solo; anggota band, manajer band hingga penggiat skena, ada juga
beberapa orang dari kolektif seni grafis yang lebih akrab dengan Photoshop atau
tinta sablon ketimbang lantai dansa, sisanya adalah wajah-wajah cantik hip hop
dancer dan beberapa penari tradisional. Total 21 atau 22 orang yang hadir, jika
saya tak luput menghitungnya, sedikit melampaui kuota. Tapi masa bodoh dengan
kuota, selama ruangannya masih muat jejalkan saja. Entah apa yang ada di kepala
mereka ketika mendaftar untuk mengikuti workshop ini, yang jelas antusiasme
mereka menjadi energi tersendiri yang memenuhi ruangan bertembok biru itu.
Selama kurang lebih 2 jam
para peserta menerima materi yang kami berikan, yang berupa gerakan-gerakan
dasar dalam breakin: toprock dan footwork. Ini seperti dribble dan pass dalam
basket. Beberapa peserta menyerah di tengah jalan karena tak kuat. Mereka lebih
memilih stop ketimbang harus berurusan dengan Counterpain untuk beberapa hari
ke depan. Keluhan tentang kram, nyeri otot dan keselo pun mulai terdengar di
sepertiga akhir workshop. Pun demikian semua tetap bergembira. Kami tidak akan
membiarkan hal remeh temeh macam itu menodai keriaan malam itu.
Bersenang-senang adalah esensi
utamanya.
Unsur dari filosofi Peace,
Unity, Love and Having Fun yang justru kerap terlupakan.
Dan yang saya tahu malam itu
kami semua bersenang-senang di Breakology.
No comments:
Post a Comment