Monday, May 8, 2023

Record Store Day Solo 2023


Walaupun termasuk dalam golongan #ramudengmusik, Record Store Day adalah salah satu momen yang saya tunggu tiap tahun. Sebagai bagian dari generasi yang mengenal musik lewat kaset pita tentu saja menyenangkan untuk ikut serta dalam pesta perayaan rilisan fisik; mengurut satu per satu ribuan kaset dan cakram yang dipajang sambil mengagumi artwork yang tercetak di sampul-sampulnya sambil menimbang mana yang akan ditebus dan dibawa pulang. Persis seperti yang saya lakukan waktu kecil dulu saat menghabiskan berjam-jam di deretan rak Disc Tara.

Ditambah lagi beberapa bulan lalu saya punya pengalaman tak terlupa mengenai rilisan fisik.

Tahun 1998 saya yang waktu itu kelas 5 SD untuk pertama kalinya mendengarkan album Tujuh milik Slank via kaset pinjaman. Dan sejak saat itu Bimbim, Kaka, Ridho, Abdee dan Ivanka adalah sosok pahlawan untuk saya. Pandawa rock n roll dari kerajaan Potlotdipura. Kaset pinjaman itu pun tak pernah saya kembalikan pada pemiliknya. Tak berselang lama Slank merilis album Konser Piss 30 Kota yang menjadi kaset Slank pertama yang saya beli.

Fast forward 24 tahun kemudian. Saya sedang berada di dalam tenda sarnafil serba putih, berbincang ringan dengan Ivan Kurniawan Arifin tentang konser yang sebentar lagi akan dilakoninya. Menyerong di depan saya - hanya berjarak sekitar 5 meter dari tempat saya berdiri – Bimbim, Kaka dan Ridho sedang jamming untuk pemanasan. Di tangan saya tergenggam kaset Konser Piss 30 Kota. Kaset yang sama dari tahun 1998. Namun bedanya, kali ini ada tanda tangan yang baru saja dibubuhkan oleh empat personil Slank di sleeve-nya yang berwarna putih, minus gitaris Abdee Negara yang malam itu ditempatkan di tenda terpisah karena alasan kesehatan. Bagi saya ini adalah mimpi yang jadi nyata. Dan saya selamanya berhutang kepada seorang kawan baik, Rico Lubis, untuk yang satu ini.

Bayangkan: kaset yang menemani saya melalui masa kecil hingga remaja akhirnya dipegang dan ditanda tangani oleh para musisinya. Kaset yang sama. Kaset yang telah saya putar ratusan atau bahkan ribuan kali hingga pitanya menyerah pada usia namun tetap saya simpan karena memorinya. Satu hal yang rasanya tidak akan bisa dilakukan oleh rilisan digital di Spotify atau Apple Music.

Satu hal lain yang secara krusial mendasari ketertarikan saya terhadap Record Store Day adalah file PDF berisi 39 halaman berjudul RSD ’15; Seberapa Besar Rp.500.000,- Dapat Bicara di Record Store Day? yang ditulis oleh Rio Tantomo dalam pseudonym Dr.Marto. Sampai hari ini PDF itu masih sering saya baca ulang dan masih menjadi salah satu bacaan terbaik yang pernah saya baca. Saya beri tahu, itu tulisan yang benar-benar gila.


Minggu, 30 April 2023, sekitar jam 6 sore. Suaka Coffee sudah penuh disesaki orang ketika saya datang bersama Galih Surya, frontman ganteng yang dulunya adalah idola remaja putri kota ini. Lapak-lapak berderet mengundang para hadirin untuk menyisir apapun yang dihidangkan: kaset, CD, vinyl hingga merchandise. Inilah perayaannya. Record Store Day Solo 2023.

Sebelum menyambangi deretan lapak, di sebelah depan terdapat Spinning Session Corner hasil inisiasi kolektif Surakarstage di mana para tetamu bisa memutar piringan hitam yang dibawa lewat pemutar yang disediakan. Pojok menyenangkan yang ditunggui langsung oleh dua pawangnya: Angga Bakti dan Eden Pratama. Saya menyalami keduanya sebentar dan kemudian masuk ke area belakang. Di belakang, tak pakai lama saya langsung menjumpai wajah-wajah familiar: pegiat muda, abang-abangan hingga om-om skena.

Tak lama berselang, MC Fajar Dwinanto memulai talkshow bertajuk “A Production in a Band” bersama Krisna Bhaskara, In Magma, Ndaru Diarma Putra dan Topik Sudirman. Nama terakhir memang saya tunggu secara khusus, karena rekam jejaknya yang cukup jadi perbincangan (paling tidak untuk ukuran lokal Solo) di kancah. Dan benar saja, frontman Fisip Meraung ini kontan menjadi pusat perhatian ketika membicarakan TikTok sebagai sarana promosi sebuah band. Ya, TikTok. Dalam talkshow Record Store Day seperti ini. Tak tahu hadirin yang lain, tapi saya dan Genta Lubawan yang kebetulan duduk di sebelah saya jelas mendapat insight dan pengetahuan baru dari apa yang disampaikan Topik barusan.

Satu hal yang agak saya sesali adalah kenyataan bahwa saya pulang dari Suaka dengan tangan kosong tanpa membeli apapun, karena terlalu asyik ngobrol sana-sini hingga tidak sempat menginspeksi tiap lapak dengan teliti. Sejujurnya, saya berharap menemukan kaset atau CD old school hip hop yang akan dengan senang hati untuk saya giring masuk kandang. Tapi tak apa. Karena bagi saya Record Store Day kali ini sangat menyenangkan. Bahkan dari segi venue, bagi saya ini adalah yang terbaik yang pernah saya datangi – tak terlalu besar dan saya suka suasananya. Akhir kata, topi terangkat setinggi-tingginya untuk barisan panitia Record Store Day Solo 2023. Sampai jumpa tahun depan! (Arthur Garincha)

Pictures by: Serene Atelier

No comments:

Post a Comment