Walaupun termasuk dalam golongan #ramudengmusik, Record Store Day adalah salah satu momen yang saya tunggu tiap tahun. Sebagai bagian dari generasi yang mengenal musik lewat kaset pita tentu saja menyenangkan untuk ikut serta dalam pesta perayaan rilisan fisik; mengurut satu per satu ribuan kaset dan cakram yang dipajang sambil mengagumi artwork yang tercetak di sampul-sampulnya sambil menimbang mana yang akan ditebus dan dibawa pulang. Persis seperti yang saya lakukan waktu kecil dulu saat menghabiskan berjam-jam di deretan rak Disc Tara.
Ditambah lagi beberapa bulan lalu saya punya pengalaman tak
terlupa mengenai rilisan fisik.
Tahun 1998 saya yang waktu itu kelas 5 SD untuk pertama
kalinya mendengarkan album Tujuh milik
Slank via kaset pinjaman. Dan sejak saat itu Bimbim, Kaka, Ridho, Abdee dan
Ivanka adalah sosok pahlawan untuk saya. Pandawa rock n roll dari kerajaan
Potlotdipura. Kaset pinjaman itu pun tak pernah saya kembalikan pada
pemiliknya. Tak berselang lama Slank merilis album Konser Piss 30 Kota yang menjadi kaset Slank pertama yang saya
beli.
Fast forward 24 tahun kemudian. Saya sedang berada di dalam
tenda sarnafil serba putih, berbincang ringan dengan Ivan Kurniawan Arifin
tentang konser yang sebentar lagi akan dilakoninya. Menyerong di depan saya -
hanya berjarak sekitar 5 meter dari tempat saya berdiri – Bimbim, Kaka dan
Ridho sedang jamming untuk pemanasan. Di tangan saya tergenggam kaset Konser Piss 30 Kota. Kaset yang sama
dari tahun 1998. Namun bedanya, kali ini ada tanda tangan yang baru saja
dibubuhkan oleh empat personil Slank di sleeve-nya yang berwarna putih, minus
gitaris Abdee Negara yang malam itu ditempatkan di tenda terpisah karena alasan
kesehatan. Bagi saya ini adalah mimpi yang jadi nyata. Dan saya selamanya
berhutang kepada seorang kawan baik, Rico Lubis, untuk yang satu ini.
Bayangkan: kaset yang menemani saya melalui masa kecil
hingga remaja akhirnya dipegang dan ditanda tangani oleh para musisinya. Kaset
yang sama. Kaset yang telah saya putar ratusan atau bahkan ribuan kali hingga
pitanya menyerah pada usia namun tetap saya simpan karena memorinya. Satu hal yang rasanya tidak akan bisa dilakukan oleh rilisan digital di Spotify atau Apple Music.
Satu hal lain yang secara krusial mendasari ketertarikan saya terhadap Record Store Day adalah file PDF berisi 39 halaman berjudul RSD ’15; Seberapa Besar Rp.500.000,- Dapat Bicara di Record Store Day? yang ditulis oleh Rio Tantomo dalam pseudonym Dr.Marto. Sampai hari ini PDF itu masih sering saya baca ulang dan masih menjadi salah satu bacaan terbaik yang pernah saya baca. Saya beri tahu, itu tulisan yang benar-benar gila.
Minggu, 30 April 2023, sekitar jam 6 sore. Suaka Coffee
sudah penuh disesaki orang ketika saya datang bersama Galih Surya, frontman
ganteng yang dulunya adalah idola remaja putri kota ini. Lapak-lapak berderet mengundang
para hadirin untuk menyisir apapun yang dihidangkan: kaset, CD, vinyl hingga
merchandise. Inilah perayaannya. Record Store Day Solo 2023.
Sebelum menyambangi deretan lapak, di sebelah depan terdapat
Spinning Session Corner hasil inisiasi kolektif Surakarstage di mana para
tetamu bisa memutar piringan hitam yang dibawa lewat pemutar yang disediakan.
Pojok menyenangkan yang ditunggui langsung oleh dua pawangnya: Angga Bakti dan
Eden Pratama. Saya menyalami keduanya sebentar dan kemudian masuk ke area
belakang. Di belakang, tak pakai lama saya langsung menjumpai wajah-wajah familiar:
pegiat muda, abang-abangan hingga om-om skena.
Tak lama berselang, MC Fajar Dwinanto memulai talkshow
bertajuk “A Production in a Band” bersama Krisna Bhaskara, In Magma, Ndaru
Diarma Putra dan Topik Sudirman. Nama terakhir memang saya tunggu secara
khusus, karena rekam jejaknya yang cukup jadi perbincangan (paling tidak untuk
ukuran lokal Solo) di kancah. Dan benar saja, frontman Fisip Meraung ini kontan
menjadi pusat perhatian ketika membicarakan TikTok sebagai sarana promosi
sebuah band. Ya, TikTok. Dalam talkshow Record Store Day seperti ini. Tak tahu
hadirin yang lain, tapi saya dan Genta Lubawan yang kebetulan duduk di sebelah
saya jelas mendapat insight dan pengetahuan baru dari apa yang disampaikan
Topik barusan.
Satu hal yang agak saya sesali adalah kenyataan bahwa saya pulang dari Suaka dengan tangan kosong tanpa membeli apapun, karena terlalu asyik ngobrol sana-sini hingga tidak sempat menginspeksi tiap lapak dengan teliti. Sejujurnya, saya berharap menemukan kaset atau CD old school hip hop yang akan dengan senang hati untuk saya giring masuk kandang. Tapi tak apa. Karena bagi saya Record Store Day kali ini sangat menyenangkan. Bahkan dari segi venue, bagi saya ini adalah yang terbaik yang pernah saya datangi – tak terlalu besar dan saya suka suasananya. Akhir kata, topi terangkat setinggi-tingginya untuk barisan panitia Record Store Day Solo 2023. Sampai jumpa tahun depan! (Arthur Garincha)
Pictures by: Serene Atelier
No comments:
Post a Comment