The world is book, and those who do not travel read only a page – Saint
Augustine
Sekelompok penari tengah berada di
dalam gerbong kereta kelas ekonomi yang sedang melaju membawa mereka ke kota
tujuan yang berjarak 18 jam perjalanan dari kota tempat tinggal mereka. Mereka
rela tulang punggung serta lehernya dihajar pegal dan lelah selama lebih dari
setengah rotasi bumi demi menghadiri sebuah perayaan ulang tahun sebuah crew sahabat di kota tujuan. Absen di
perayaan ulang tahun karib adalah sebuah hal yang haram bagi mereka, walaupun
itu juga berarti harus berjibaku di gerbong proletar. Pergi dan pulang.
Seorang penari, di waktu dan tempat
yang berbeda, sedang berusaha mengencangkan ikat pinggang, sekencang yang dia
bisa. Memilih makanan dengan harga lebih murah dari biasanya, memangkas budget untuk berkencan hingga menahan
diri dari godaan duniawi berupa promo diskon sneakers favorit di sebuah gerai sepatu. Ia melakukannya hampir
setahun penuh demi satu tujuan: menghadiri sebuah acara dansa dansi tahunan di
negara tetangga. Ia rela berhemat seketat corn
row X-Zibit demi bersenang-senang bersama di negeri sebelah selama beberapa
hari. Tabungan setahun ludes dalam sepekan.
Sekilas apa yang mereka lakukan
sedikit tidak masuk akal. Rela bersusah-susah dalam waktu yang lama demi tujuan
yang demikian. Apalagi bagi anda yang memandangnya dari segi finansial, jelas
tidak ada profit disana. Jika kegiatan mereka diaudit satu-satunya keuntungan
yang mereka dapat adalah bersenang-senang, sebuah hal yang mungkin kurang
dipahami oleh sebagian orang yang selalu menimbang untung-rugi dalam hidupnya.
Dance trip, begitu perjalanan
macam ini biasa disebut, lebih merupakan pengalaman spiritual bagi mereka yang
melakukannya. Itu mirip dengan rela menempuh jarak jauh dan merogoh kocek
lumayan dalam demi menonton live concert
penyanyi favorit atau mendukung kesebelasan sepakbola dalam partai away. Walaupun acara-acara tersebut juga
bisa dinikmati melalui televisi atau Youtube, namun tidak akan ada yang bisa
menggantikan sensasi kehadiran langsung saat kejadian dan juga
pengalaman-pengalaman sosial yang menyertainya.
Bagi mereka yang belum pernah
melakukannya mungkin dance trip
terlihat seperti kegiatan mudharat yang
hanya buang-buang waktu, tenaga dan biaya. Namun percayalah, pengalaman dan
kesenangan yang didapat sangat sebanding dengan tiap sen dan keringat yang
dikeluarkan.
Tidak percaya? Coba saja sendiri. (Arthur Garincha)
No comments:
Post a Comment