Monday, January 25, 2021

Dance Trip dan Hal-Hal yang Tak Masuk Akal


The world is book, and those who do not travel read only a page – Saint Augustine

 Sekelompok penari tengah berada di dalam gerbong kereta kelas ekonomi yang sedang melaju membawa mereka ke kota tujuan yang berjarak 18 jam perjalanan dari kota tempat tinggal mereka. Mereka rela tulang punggung serta lehernya dihajar pegal dan lelah selama lebih dari setengah rotasi bumi demi menghadiri sebuah perayaan ulang tahun sebuah crew sahabat di kota tujuan. Absen di perayaan ulang tahun karib adalah sebuah hal yang haram bagi mereka, walaupun itu juga berarti harus berjibaku di gerbong proletar. Pergi dan pulang.

 Seorang penari, di waktu dan tempat yang berbeda, sedang berusaha mengencangkan ikat pinggang, sekencang yang dia bisa. Memilih makanan dengan harga lebih murah dari biasanya, memangkas budget untuk berkencan hingga menahan diri dari godaan duniawi berupa promo diskon sneakers favorit di sebuah gerai sepatu. Ia melakukannya hampir setahun penuh demi satu tujuan: menghadiri sebuah acara dansa dansi tahunan di negara tetangga. Ia rela berhemat seketat corn row X-Zibit demi bersenang-senang bersama di negeri sebelah selama beberapa hari. Tabungan setahun ludes dalam sepekan.

 Sekilas apa yang mereka lakukan sedikit tidak masuk akal. Rela bersusah-susah dalam waktu yang lama demi tujuan yang demikian. Apalagi bagi anda yang memandangnya dari segi finansial, jelas tidak ada profit disana. Jika kegiatan mereka diaudit satu-satunya keuntungan yang mereka dapat adalah bersenang-senang, sebuah hal yang mungkin kurang dipahami oleh sebagian orang yang selalu menimbang untung-rugi dalam hidupnya.

 Dance trip, begitu perjalanan macam ini biasa disebut, lebih merupakan pengalaman spiritual bagi mereka yang melakukannya. Itu mirip dengan rela menempuh jarak jauh dan merogoh kocek lumayan dalam demi menonton live concert penyanyi favorit atau mendukung kesebelasan sepakbola dalam partai away. Walaupun acara-acara tersebut juga bisa dinikmati melalui televisi atau Youtube, namun tidak akan ada yang bisa menggantikan sensasi kehadiran langsung saat kejadian dan juga pengalaman-pengalaman sosial yang menyertainya.

 Bagi mereka yang belum pernah melakukannya mungkin dance trip terlihat seperti kegiatan mudharat yang hanya buang-buang waktu, tenaga dan biaya. Namun percayalah, pengalaman dan kesenangan yang didapat sangat sebanding dengan tiap sen dan keringat yang dikeluarkan.

 Tidak percaya? Coba saja sendiri. (Arthur Garincha)

No comments:

Post a Comment