Monday, August 1, 2016

Kolesterol, Gengsi dan Kepala yang Pening

“Hidup itu gak susah sebetulnya, gengsinya yang bikin susah”, seloroh seorang kawan dalam sebuah sesi berbincang mengomentari gaya hidup mayoritas masyarakat Indonesia hari ini. Tidak semua memang, namun reratanya seperti itu. Gengsi, saat ini, adalah kebutuhan tersier yang (dipaksa) naik kasta menjadi kebutuhan primer.

Pun gengsi tak memandang umur, gender, kemampuan finansial dan status sosial. Para orang tua dari kelas menengah berlomba membuat pesta pernikahan  semewah mungkin – tak jarang hingga berhutang - untuk anak gadisnya agar status sosialnya terelevasi ke tingkat tertentu yang diharapkan atau sekedar hanya agar tidak “kalah” dari sanak famili atau rekan sejawat yang juga menikahkan anaknya dalam waktu berdekatan. Di saat yang sama seorang mahasiswa rantau asyik nongkrong di warung kopi Amerika nan fancy di tengah hutan beton metropolis demi satu atau dua postingan di Instagram sementara orang tuanya yang buruh tani membanting tulang di desa untuk mengirim uang bulanan tanpa tahu bahwa anaknya alih-alih menjadi mahasiswa teladan di kota justru banting setir menjadi atlet dari cabang panjat sosial.

Lucunya, semua itu dilakukan sering kali tanpa tujuan yang membahagiakan. Agar dianggap “wah” dan membuktikan kepada orang lain bahwa kita pun bisa melakukan apa yang mereka lakukan adalah salah dua alasannya. Ingin membuat orang lain, biasanya justru adalah orang yang tidak disukai, iri adalah alasan lainnya yang sering dijadikan sebab. “We buy things we don’t need with money we don’t have to impress people we don’t like”, begitu kata Chuck Palahniuk dalam Fight Club. Iya, gila memang.

Gengsi sangat mirip dengan kolesterol. Ya, senyawa yang dianggap brengsek dan ditakuti sebagian umat manusia itu.

Meniadakan kolesterol, seperti halnya pula gengsi, dalam hidup kita adalah, meminjam kalimat Asmuni, hil yang mustahal. Itu adalah hal yang natural. Rumput hijau, gula manis dan manusia punya kolesterol maupun gengsi. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrolnya agar tetap dalam batas yang wajar dan tidak merugikan. Hal ini sangat penting untuk diingat demi kebaikan anda sendiri, karena kolesterol dan gengsi pada dasarnya mempunyai satu kesamaan: kalau ketinggian bisa bikin pusing.

Kandungan kolesterol yang tinggi didapat dari kebiasaan mengonsumsi hal-hal yang sebetulnya tidak kita butuhkan demi pemenuhan keinginan secara berlebihan. Demikian pula adanya gengsi. Semakin kita menuruti hasrat untuk memenuhi keinginan-keinginan kurang penting itu maka tanpa kita sadari kadar gengsi pun akan semakin tinggi. Jika terlanjur tinggi akan sedikit sulit memang untuk menekannya ke bawah. Maka lebih baik mencegah daripada mengobati bukan?

Bolehlah sekali-sekali makan makanan berlemak sepuasnya atau membeli sneakers seharga setengah gaji sebulan. Kali terakhir diperiksa dua hal itu tidak masuk dalam kategori tindak kriminal jadi sah-sah aja untuk dilakukan. Silahkan. Yang tidak disarankan adalah untuk melakukannya lebih sering dari kemampuan anda. Jika anda nekat maka bersiapah untuk dilanda pening yang amat sangat, yang entah disebabkan oleh pembuluh darah di sekitar kepala yang tersumbat lemak atau jumlah pengeluaran bulanan yang lebih besar dari penghasilan.

Maka dari itu amat penting untuk kita semua, saya dan anda, untuk melindungi diri dari monster tak berwujud namun amat berbahaya bernama gengsi. Harus kita pahami dan sepakati bahwa gengsi adalah hal tak terpisahkan dalam diri seorang manusia, kecuali nama anda adalah Tong Sam Cong. Namun sebagai manusia yang diberkahi akal budi dan pikiran semestinya kita mampu mengendalikan gengsi dalam diri kita.

Cara yang paling sederhana adalah dengan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Rumput tetangga mungkin memang terlihat lebih hijau tapi siapa tahu di tanah kita yang panas dan berpasir justru terkandung minyak bumi jika digali lebih dalam. Akan sayang sekali bila kita menghabiskan waktu yang kita miliki untuk berusaha menumbukan rumput untuk menyaingi tetangga ketimbang menggali minyak bumi itu.

Lagipula apakah anda tahu salah satu akibat yang mengancam dari kolesterol dan gengsi yang tingginya sudah melewati batas? Betul sekali: stroke. (Arthur Garincha)

No comments:

Post a Comment