Friday, May 17, 2013

Ramalan Kiamat yang Sedikit Meleset

Saya termasuk penggemar teori konspirasi. Saya suka membaca buku-buku soal konspirasi, termasuk di dalamnya mengenai Illuminati, Freemason dan sebangsanya, yang dianggap oleh banyak orang sama fananya dengan Santa Clauss atau Abunawas. Meski begitu saya bukanlah seorang pemercaya mitos, termasuk mitos kelas global macam mitos angka 13 yang seperti kita semua tahu, menyebutkan bahwa angka 13 adalah angka sial. Tapi keteguhan hati saya pun akhirnya goyah.

Bukan kisah Friday The 13th atau konspirasi angka 13 di lambang negara Amerika Serikat yang membolak balik hati saya. Sedikit berjalan mundur ke tahun 2012 dimana dunia digegerkan dengan isu kiamat yang didasarkan oleh ramalan suku Maya kuno. Seperti yang kita mahfum, ramalan itu meleset, suku Maya pun dibully sebagai peramal abal-abal. Saya juga termasuk dalam kelompok orang yang memberi cap 'peramal yang gagal' di dahi suku Maya.

Tapi ternyata saya salah.

Suku Maya bukan peramal yang gagal, mereka hanya sedikit meleset soal waktu, dimensi dan lingkup kiamat yang mereka ramalkan ratusan tahun yang lalu.

Kealfaan mereka dalam meramal yang pertama adalah waktu. Bulan Desember tahun 2012 yang mereka ramalkan seharusnya adalah bulan Mei 2013. Yang kedua adalah dimensi kiamat yang tidak sebesar dan sedahsyat seperti yang mereka ramalkan. Kiamat ini sama sekali tidak menghancurkan dunia, bahkan tidak satu gedung pun. Yang hancur porak poranda adalah hati jutaan umat manusia di planet bumi. Terakhir, lingkupnya. Kiamat ini bahkan tidak melanda seluruh umat manusia, hanya sebagian yang merasakannya, mereka yang memuja setan, mereka para pendukung Manchester United Football Club.

Bulan Mei 2013, menjelang akhir musim, sekaligus mendekatnya kepastian direngkuhnya gelar liga primer yang ke-13, tanpa peringatan tanda kiamat mulai muncul. Israfil meniupkan satu kali terompetnya. Sir Alex Ferguson, sosok legendaris dari Govan yang memimpin Manchester United selama 27 tahun, mengumumkan pengunduran dirinya yang kontan membuat semua fans terhenyak dan semua rival United bersorak riang sambil berpura-pura sedih di depan media. Belum puas dengan tiupan pertama, Israfil meniup lagi terompetnya, kiamat pun memasuki fase selanjutnya, Paul Scholes juga memutuskan untuk gantung sepatu. Gelandang mungil yang diakui oleh Zinedine Zidane dan Xavi sebagai gelandang terbaik di dunia itu memutuskan mundur dari lapangan hijau tempat dia biasa mempertontonkan through pass ajaibnya yang mungkin menjadi inspirasi operan menyusup nya Atsushi Kamiya dalam komik Shoot dan canon ball dari luar kotak pinalti yang menjadi senjata pamungkasnya. Hati pendukung United pun makin runtuh.

Beberapa hari kemudian, ketika pendukung Manchester United belum pulih dari duka, Israfil kembali meniup terompetnya, kali ini dengan nada yang lebih rendah. Memang yang pensiun bukan pemain United, tapi dia adalah idola sepanjang masa publik Old Trafford yang bernama David Robert Joseph Beckham. Kiamat bagi kami pun makin parah. Beckham memutuskan gantung sepatu dengan berseragam Paris Saint Germain, tapi siapapun tahu di balik jersey klub manapun yang Beckham kenakan emblem di dalam dadanya tetap logo berwarna merah-kuning dengan gambar setan milik Manchester United. Pun tidak ada yang meragukan yang paling berduka atas pensiunnya Becks adalah pendukung Manchester United, bukan fans PSG, LA Galaxy, AC Milan atau Real Madrid.

Tiga legenda United pensiun dalam satu musim. Tropi juara edisi 2012/2013 pun terasa sedikit hambar, kecuali sebagai kado perpisahan bagi mereka yang pensiun. Semoga Israfil tidak meniupkan terompetnya lagi tahun ini. Mungkin sang peniup sangkakala akan meniupkannya lagi tepat di telinga pendukung United saat Ryan Giggs memutuskan saat terakhirnya mengenakan seragam Manchester United. Semoga itu bukan musim depan. (Arthur Garincha)

No comments:

Post a Comment