Tuesday, August 2, 2011

Confession

Ruangan pengap dan temaram sinar dari layar 14 inchi
Seakan pekat mengunci hati dan beban di dalamnya
Nyaris lelah mengurai simpul mati itu
Yang walaupun tak nyata tapi sangat erat membelit
Saat bahkan lidah pun tak mampu menjembatani rasa
Dan tak satupun cermin yang dapat merefleksikan resah dengan sempurna
Pena lusuh lebih dari cukup untuk menjadi teman
Untuk mengadu dan bercerita pada secarik kertas kosong
Bertutur tentang sisi lain diri yang kerap tak tersentuh
Membuka goresan-goresan luka di kedalaman hati yang bagai terbuat dari batu
Merangkai kata-kata penyesalan dari ujung lain lidah tajam ini
Melihat mata nanar di balik tatapan sinis dan angkuh
Ungkapkan semua yang tak terungkap
Sampaikan semua yang tak tersampaikan
Yang tertutup oleh tebalnya selubung egoisme
Bukan, ini bukan alter ego di balik nama raja
Ini hanya topeng yang mungkin terlalu ketat terpasang
Atau peran yang terlalu baik dilakonkan
Lembar putih berikutnya penuh berisikan coretan kisah lain
Huruf-huruf simbolisasi tentang rasa kehilangan
Ketika gadis sederhana itu melangkah pergi meninggalkan sang pendosa
Sisakan rekam jejak singkat namun sarat makna
Yang mampu runtuhkan tingginya hati si sombong
Menyusun kembali puzzle rumit bernama rasa percaya
Sambil menatap hampa paku yang tak pernah berkarat dalam genggaman
Untuk memaku sayapnya andai malaikat kecil itu datang kembali
Agar dia tak pernah terbang menjauh lagi

(Arthur Garincha)

No comments:

Post a Comment